| Duka Jepang Duka Kita Semua |     |             |             |       
Jepang memang pernah menjajah kita. Sekarang,  Jepang  adalah sahabat baik bukan hanya bagi kita, tetapi sangat banyak  negara.  
Dalam hubungan internasional, Jepang terlihat cukup  memiliki komitmen dan tidak  menunjukkan ancaman bagi negara lain secara  militer. 
Kekuatan ekonomi Jepang pun  selalu bersifat produktif bagi  negara-negara yang bermitra dengannya.  Pendek kata, bagi Indonesia yang dulu  punya sejarah kelam terhadap  Jepang, Jepang telah lama berobah. Itulah sebabnya  saya lebih percaya  bahwa pada Perang Dunia II, bila ditinjau dari tujuan jangka  panjang  perang itu, Jepang tidak kalah. 
Simpulan  ini harus saya ambil ketika melihat realitas bahwa ia  menjadi negara  dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia tanpa ada  kecurigaan  bahwa ia akan mendominasi secara lebih luas lagi seperti kecurigaan   dunia pada perkembangan masif China. Tidak ada negara yang bisa  dikatakan kalah  dalam Perang Dunia II jika produknya mendominasi pasar  setelah perang itu.
Kini, Jepang sedang  sangat berduka. Gempa dan tsunami itu telah  sangat  memorakporandakannya. Sebagai negara dengan masalah alam yang sama  dengan  kita, Indonesia adalah salahsatu negara yang sangat bisa  merasakan duka itu.  
Nyawa, harta benda,  bahkan masa depan sedang dalam  ketidakpastian. Bantuan moril dan  materil dari dunia internasional adalah obat  yang sangat membantu  Jepang saat ini. Semua tersentak ketika Jepang dilanda  bencana sangat  dahsyat ini. Mata dunia internasional yang selama ini tertuju  pada  krisis di dunia Arab, kini langsung melihat duka Jepang sebagai yang  lebih  perlu untuk mendapat perhatian. 
Asia  adalah kawasan yang sebenarnya paling merasakan dampak  atas bencana  yang melanda Jepang ini. Bagaimanapun, Jepang adalah bagian  terdepan  Asia di dunia internasional, yang berarti masalah sangat berat yang   dialami Jepang saat ini adalah masalah Asia secara keseluruhan. 
Sebagai salahsatu motor penggerak dengan kekuatan  ekonomi nomor  3 dunia, dunia pun akan ikut terdampak atas bencana yang  melanda negeri ini. Itu  dari sisi ekonomi. 
Dari  sisi non ekonomi, seperti stabilitas misalnya, Jepang  dengan kekuatan  sebesar itu tidak dipandang sebagai momok bagi negara lain. Ia  bisa  mensejalankan kekuatan dengan wajah ramah pada hampir semua negara.   Satu-satunya yang sering mengusik dunia dari Jepang hanyalah kunjungan   pemimpinnya ke Kuil Yashukuni, sebuah kuil tempat dikuburnya para  penjahat  Perang Dunia II. Selebihnya, Jepang memiliki gaya hubungan  yang berterima di  dunia internasional.
Indonesia dan Jepang adalah dua negara yang kerap  dilanda gempa  dan tsunami. Perbedaannya adalah jumlah korban. Bencana  tsunami di Jepang sangat  besar, tetapi banyak pihak yang mayikini bahwa  jumlah korbannya akan jauh lebih  besar apabila itu terjadi di  Indonesia. 
Secara umum, orang Indonesia  mengenal apa itu tsunami adalah  sewaktu terjadi di Aceh. Setelah Aceh,  ada tsunami juga di berbagai daerah,  seperti di Pangandaran dan  baru-baru ini di Mentawai. Jumlah korbannya sangat  banyak salahsatunya  karena kurangnya pengetahuan tentang tsunami itu.
Maka, setelah sebuah negara maju sekelas Jepang saja  bisa  begitu luluh lantak, akankah lagi kita ketinggalan pengetahuan dan  antisipasi  atas bencana ini ? Soalnya, banyak korban di Mentawai itu  karena tidak tahu  bahwa gempa bisa memicu tsunami. Malah, selama ini  gempa dianggap berkah bagi  mereka sebab setelah gempa terjadi biasanya  banyak ikan yang bisa ditangkap.  
Sewaktu  terjadi di Pangandaran, pemerintah Jepang telah  mengontak salahsatu  kementerian kita dengan mengatakan gempa itu berpotensi  tsunami.  Nyatanya, sang menteri ragu-ragu. Selain itu, ada kabar bahwa banyak   alat detektor tsunami yang tak berfungsi karena rusak atau dicuri.  Astaga,  ada-ada saja. 
Semua ini  menunjukkan bahwa kita jauh dari kategori siap dalam  menghadapi bencana  yang bolak-balik datang itu. Itulah sikap bangsa kita yang  sering  insidental, kebingungan dan waspada setengah mati ketika melihat atau   terjadi, lalu lupa setelah ada penarik perhatian yang lainnya lagi. 
Namun dengan adanya bencana di Jepang ini,  sebaiknyalah kita  sadar diri seberapa kuatkah ekonomi, teknologi, dan  semua perangkat yang kita  miliki jika dibanding Jepang itu. Kalau kita  lihat gambar ketika tsunami melanda  kota di Jepang itu, tak ada  kepanikan orang seperti kepanikan kita ketika  mendengar peringatan  tsunami. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mau pasrah, dan  sikap ini  mereka lakukan dengan semestinya, yaitu latihan menghadapi bencana.   Itulah pelajaran yang kita ambil dari sedikit rekaman datangnya tsunami  di  Jepang itu, bukan hanya sekedar seru-serunya saja.
Kini, tsunami telah menjadi bencana yang paling  ditakuti,  bahkan lebih menakutkan dibanding pemicunya sendiri, gempa.  Bayangkan, dua  bencana datang secara beriringan, digoyang lalu disiram  air. Dua kali  kehancurannya. Jadi sudahlah, Indonesia jangan terlalu  disibukkan dengan  urusan-urusan politik melulu seperti selama ini. Alam  ini membutuhkan perhatian  jauh lebih serius dibanding politik dan  politik lagi. Caranya, berbuat baiklah  pada negeri ini dengan  menggunakan apapun sumber daya yang kita miliki. 
Melalui duka Jepang ini, mengingat bahwa kita memiliki  kondisi  alam dan sosial yang relatif mirip dengan Jepang dan dunia  Arab, masihkah kita  lupa lagi bahwa apa yang terjadi di Jepang dan Arab  saat ini sangat mungkin  terjadi lagi pada kita ? Buktinya, berbagai  manuver politik yang membingungkan  dan terus-menerus menguras energi  itu terus kita lakukan di tengah begitu banyak  bencana-bencana yang  berusaha menarik perhatian kita agar lebih memrioritaskan  alam ini.













0 komentar:
Posting Komentar